Sekolah Jadi Garda Depan Pelestarian Bahasa Sunda Lewat FTBI 2025

Guru Dorong Siswa Cintai Bahasa Ibu

SD9 Dilihat

NuansaPendidikan, Ciamis – Di Kabupaten Ciamis, peran sekolah semakin vital dalam menjaga warisan budaya. Hal ini tercermin dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 yang berlangsung di SD Negeri 1 Cijeungjing, Kamis (21/8/2025). Ratusan guru hadir mendampingi 367 siswa dari 27 kecamatan untuk mengikuti ajang bergengsi tahunan ini.

“FTBI adalah kesempatan bagi guru dan siswa untuk bekerja sama memperkuat karakter melalui bahasa Sunda. Anak-anak tidak hanya belajar bahasa, tapi juga nilai budaya,” kata Ely Mulyaningsih, S.Pd., Kasi Peserta Didik.

banner 336x280

Ajang Seni, Sastra, dan Identitas

FTBI tahun ini mempertandingkan tujuh cabang lomba, mulai dari Aksara Sunda, Pupuh, Sajak, hingga Carpon dan Biantara. Setiap cabang menuntut siswa tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga mampu memaknai bahasa Sunda dalam karya sastra maupun penampilan seni.

Ely menegaskan festival ini menjadi bagian dari diseminasi kebijakan pelestarian bahasa daerah. “Bahasa Sunda bukan hanya alat komunikasi. Ia adalah identitas, jati diri, dan sarana pembentukan karakter generasi muda,” ujarnya.

Pendidikan Berbasis Budaya

Dalam praktiknya, FTBI memberi ruang bagi sekolah untuk menanamkan kebiasaan menggunakan bahasa Sunda sejak dini. Dari kelas hingga panggung lomba, siswa diajak terbiasa berbahasa santun, beretika, sekaligus bangga terhadap warisan leluhur.

Panitia berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai lomba tahunan, tetapi menjadi tradisi berkelanjutan di sekolah-sekolah. Dengan begitu, bahasa Sunda tetap hidup dalam keseharian siswa meskipun perkembangan teknologi dan arus budaya global semakin deras.

Wakil Cikoneng Jadi Inspirasi

Dari sekian banyak peserta, Kecamatan Cikoneng turut mengirimkan enam siswa terbaik. Mereka didampingi oleh Alwy Sidqi Nabawi, S.Pd., guru dari SDN Sindangsari 2.

Salah satu yang menonjol adalah Muhammad Rafi Fauzan, siswa kelas 5, yang tampil dalam cabang Biantara. Rafi mengaku berlatih serius selama dua bulan penuh. “Saya ingin membuktikan bahwa anak-anak Cikoneng mampu bersaing di tingkat kabupaten,” kata Rafi.

Menurut pembimbingnya, Rita, kunci utama dalam persiapan adalah penguasaan kosa kata dan udak unduk basa atau tata krama berbahasa. Hal itu, katanya, mutlak diperlukan agar pesan pidato tersampaikan dengan baik dan menyentuh hati pendengar.

Kehadiran wakil Cikoneng menjadi simbol bagaimana guru, siswa, dan orang tua bersama-sama menjaga bahasa Sunda tetap hidup. Dari ruang kelas di desa, mereka melangkah ke panggung kabupaten untuk menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa berawal dari pendidikan sederhana namun berkesinambungan.

banner 336x280

Komentar