Jakarta,Nuansa Pendidikan — Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) sukses menyelenggarakan Leadership Night 2025 di Jakarta pada Rabu, 17 Desember 2025. Acara ini menjadi platform strategis yang mempertemukan akademisi, pemimpin publik, dan wirausahawan untuk mendiskusikan peran kepemimpinan dalam mempersiapkan generasi penerus Indonesia.
Mengangkat tema *Bridging Brilliance: Building Indonesia’s Next Generation Through Research and Beyond*, Leadership Night 2025 menghadirkan sejumlah tokoh nasional serta pelaku industri terkemuka. Beberapa di antaranya adalah Prof. Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia; Dr. Sandiaga Salahuddin Uno, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI periode 2020–2024 sekaligus pendiri Saratoga Investama; Zaky Muhammad Syah, pendiri sekaligus CEO Dibimbing.id dan University of Cakrawala; Dimas Ramadhan Pangestu, pendiri dan CEO Meatguy; Haidhar Wurjanto, pendiri dan CEO Es Teh Indonesia; serta Achmad Nurul Fajri, pendiri sekaligus Direktur PT Luxury Cantika Indonesia (Luxcrime) dan CEO Feel Matcha.
Sebagai pembicara utama, Prof. Brian Yuliarto membuka jalannya diskusi dengan menyoroti pentingnya membangun kepemimpinan generasi muda demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian, para pemimpin masa depan harus memiliki kemampuan untuk mengelola kompleksitas dan menjadikan tantangan sebagai peluang untuk berkembang.
Kita semua sepakat bahwa dunia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan global yang begitu kompleks, mulai dari dinamika geopolitik hingga ketidakpastian yang terus meningkat. Situasi ini memang bisa memunculkan kekhawatiran, terutama bagi negara-negara berkembang. Namun di sisi lain, seperti yang diungkapkan oleh Prof. Brian, justru inilah saatnya bagi negara-negara berkembang untuk mengambil langkah besar dan melompat menjadi negara maju.
Prof. Brian dengan gamblang menjabarkan visi pemerintah yang berambisi membawa Indonesia menjadi bagian dari negara berpendapatan tinggi. Tentu saja, ini bukanlah hal yang mudah. Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi industri yang konsisten hingga menyentuh angka 8%. Tetapi, di balik target ambisius itu, ada tantangan besar yang tak bisa diabaikan, khususnya masalah struktural yang menghambat laju kemajuan bangsa.
Melalui data, Prof. Brian menunjukkan bahwa hanya sekitar 10,2% dari total penduduk Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Selain itu, kapasitas industri dalam negeri juga belum mencapai tingkat optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar itu. Untuk benar-benar meraih target 8% tersebut, Indonesia perlu fokus pada inovasi dan langkah terobosan. Hal ini meliputi peningkatan nilai tambah serta pengembangan kapabilitas industri dalam negeri secara lebih signifikan.
Indonesia sangat membutuhkan kehadiran sekelompok kecil pemimpin visioner, yang disebut sebagai creative minority. Kelompok ini diharapkan mampu bekerja secara luar biasa, menciptakan industri baru, dan menjadi penggerak kemajuan bangsa. Tidak lagi cukup menjalankan bisnis seperti biasa; dorongan untuk mengembangkan bisnis berbasis sains dan teknologi yang mumpuni kini menjadi kebutuhan mendesak.
Dalam pidatonya, ia mengimbau para peserta untuk tetap memelihara optimisme dengan belajar dari sejarah. Salah satu contohnya adalah capaian Indonesia pada tahun 1995, ketika ekonomi berhasil tumbuh mencapai 8,2 persen dengan sektor manufaktur sebagai motor utama pembangunan nasional.
Sebagai penutup, Prof. Brian menyampaikan pesan kepemimpinan penting yang ia tujukan kepada calon pemimpin masa depan. Ia menekankan perlunya ketangguhan dalam menghadapi berbagai tekanan dan perubahan yang tak terelakkan.
Pemimpin sejati, menurutnya, adalah mereka yang terus memiliki semangat belajar, bersikap rendah hati, konsisten dalam berkarya, serta mampu bertahan di tengah tekanan. Ia menegaskan bahwa hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang dapat mencapai kemakmuran sejati.
Melanjutkan pembahasan tersebut, Dr. Sandiaga Salahuddin Uno menyoroti peran generasi muda sebagai agen perubahan. Mereka diharapkan memiliki kemampuan menjadi pemecah masalah, pendorong kolaborasi lintas sektor, sekaligus pencipta usaha berkelanjutan yang memberikan dampak ekonomi nyata, terutama melalui penciptaan lapangan kerja baru.
Acara Leadership Night 2025 juga menjadi ajang untuk memberikan apresiasi sekaligus refleksi terhadap visi besar yang telah dirintis oleh para pendiri SBM ITB, yaitu Prof. Kuntoro Mangkusubroto dan Prof. Surna Tjahja Djajadiningrat. Keduanya dianggap berhasil membangun fondasi yang kokoh untuk pengembangan SBM ITB sekaligus menggagas Leadership Night sebagai forum strategis untuk mencetak pemimpin masa depan Indonesia.
Sumber : SBM ITB
Editor : Redaksi
Institut Teknologi Bandung (ITB) Sukses Menyelenggarakan Leadership Night 2025 di Jakarta
Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB)





















Komentar